Kanker adalah sebuah penyakit yang paling menakutkan bagi manusia. Mengapa? Karena kanker merupakan jenis penyakit dengan biaya pengobatan luar biasa mahal dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Salah satu jenis kanker yang paling sering terdengar adalah kanker serviks. Kanker serviks atau kanker leher rahim disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) onkogenik. Menurut WHO penyakit kanker serviks penyebab kematian peringkat atas pada wanita. Baca juga artikel terkait.
Seperti salah seorang selebrita Indonesia, Julia Perez, yang juga meninggal karena menderita penyakit kanker serviks.
PENCEGAHAN KANKER SERVIKS
Menurut Dr. dr. Brahmana Askandar, SpOG (K) dari POGI Surabaya, Kanker serviks adalah kanker mulut/leher rahim, merupakan salah satu kanker yang paling bisa dicegah. Kok bisa? Jawabnya karena kanker serviks mempunyai beberapa sifat : perjalanan perubahan dari normal sampai menjadi kanker sangat jelas dan berlangsung dalam waktu yang panjang (sekitar 8-20 tahun), apalagi sekarang ada vaksin kanker serviks, meski vaksin tidak membuat risiko kanker serviks menjadi nol, tapi secara bermakna akan menurunkan kejadian kanker serviks
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus Risiko tinggi (ada juga HPV risiko rendah yang tidak menyebabkan kanker serviks). Kata kata risiko tinggi seolah menyeramkan. Seolah wanita yang terinfeksi HPV risiko tinggi pasti menjadi kanker serviks, padahal tidak demikian. HPV risiko tinggi adalah tipe tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks, sekali lagi “dapat”, bukan semua wanita yang terinfeksi HPV risiko tinggi pasti akan mengidap kanker serviks. Wanita yang terinfeksi HPV risiko tinggi sebagian besar akan sembuh alias HPV risiko tinggi tersebut akan tereliminasi oleh sistem daya tahan tubuh, hanya yang infeksinya menetap (persisten) akan pelan pelan mengubah sel epitel serviks normal menjadi kanker serviks. Terdapat 13 tipe HPV risiko tinggi , yang utama adalah : HPV 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59 dan 68. Dari sekian banyak tipe HPV risiko tinggi, dua jenis yang paling banyak terdapat pada kanker serviks adalah HPV 16 dan 18. Bagaimana bila infeksi tersebut tidak tereliminasi? Bila infeksi HPV risiko tinggi tersebut persisten alias menetap maka bisa mengubah serviks normal menjadi kanker serviks, namun prosesnya tidak dalam waktu cepat, membutuhkan waktu yang lama dan melalui tahap pra kanker. Bila ditemukan serviks dalam tahap pra kanker , angka kesembuhan sangat sangat baik. Lalu bagaimana cara mendeteksi tahap pra kanker? Jawabnya adalah harus melakukan skrining rutin utk serviks melalui pemeriksaan pap smear. HPV bisa ditularkan melalui hubungan seks sehingga gonta ganti partner seks otomatis akan meningkatkan risiko infeksi HPV dan otomatis juga bisa meningkatkan risiko kanker serviks.
Setiap wanita yang sudah melakukan aktivitas seksual wajib melakukan skrining rutin untuk serviks, paling tidak 3 tahun setelah melakukan hubungan seks, wanita berkewajiban melakukan pap smear rutin. Pemeriksaan pap smear bisa dilakukan di puskesmas, dokter umum, spesialis dan fasilitas kesehatan yang lain. Bila tidak ada fasilitas pap smear, dapat dilakukan pemeriksaan IVA (inspeksi visual dengan asam asetat), pemeriksaan ini dilakukan bila pemeriksaan pap smear tidak bisa dilakukan oleh karena keterbatasan fasilitas. Tujuan dari skrining rutin adalah mendeteksi awal bila telah terjadi perubahan dini pada serviks sebelum terjadi kanker serviks. Seberapa sering melakukan pemeriksaan pap smear? Cukup paling tidak setahun sekali, meski di luar negeri beberapa panduan menganjurkan 3 tahun sekali. Bila pap smear dikombinasi dengan tes HPV maka skrining dapat dilakukan dengan interval lebih panjang. Tes HPV bisa dilakukan di kota kota besar, sampai saat ini tes HPV baru merupakan pemeriksaan tambahan mendampingi pap smear, belum menjadi standar skrining kanker serviks yang utama. Bila wanita melakukan skrining rutin untuk serviks, kecil kemungkinan mengidap kanker serviks oleh karena sebelum mencapai tahap kanker serviks, pasti akan terdeteksi melalui pap smear bila terjadi perubahan dini pada serviks dan dapat segera dilakukan penanganan. Bila terdeteksi masih dalam tahap pra kanker dan dilakukan pengobatan , tingkat kesembuhan sangat tinggi, tanpa harus diberikan kemoterapi, radiasi dll. Penanganan tahap pra kanker tergantung derajat nya, bila masih ringan dapat berupa hanya pengamatan dan pap smear ulang , atau bila memerlukan pengobatan biasanya hanya berupa obat atau operasi ringan.
Vaksinasi dengan vaksin HPV bertujuan memberikan proteksi terhadap infeksi virus HPV risiko tinggi, dengan harapan risiko terjadinya kanker serviks bisa lebih kecil. Sampai saat ini vaksin yang tersedia , mampu memberikan proteksi terhadap HPV 16 dan 18, belum terhadap semua tipe HPV risiko tinggi. Namun demikian, HPV 16 dan 18 merupakan tipe HPV risiko tinggi yang dominan pada kanker serviks. Pasca vaksinasi, kewajiban melakukan skrining tetap harus dilakukan, oleh karena risiko kanker serviks bukan menjadi nol namun menjadi jauh lebih kecil. Saat terbaik pemberian vaksinasi adalah saat remaja , saat belum melakukan aktivitas seksual. Bahkan menurut WHO yang terbaru, vaksinasi dibawah usia 15 tahun cukup dengan pemberian dua kali suntik, tidak perlu 3 kali suntik, karena pada usia muda respon antibodi lebih baik.
Sebagai kesimpulan, cara terbaik mencegah kanker serviks adalah melakukan skrining rutin dengan pemeriksaan pap smear bagi wanita yang telah melakukan hubungan seks, atau IVA bila fasilitas pap smear tidak tersedia. Pemberian vaksinasi HPV dapat menurunkan risiko kanker serviks.
Sebagai salah satu golongan penyakit kritis kanker yang berbahaya dan penyebab kematian terbesar wanita di Indonesia, sudah selayaknya para wanita Indonesia memiliki perlindungan yang cukup terhadap resiko penyakit kanker serviks.
Satu yang terpenting adalah memiliki asuransi penyakit kritis yang cukup untuk perlindungan keluarga Anda.
Untuk konsultasi GRATIS mengenai asuransi penyakit kritis, hubungi saya di 0815-900-8573.
Baca juga artikel terkait.