Cerita ini saya sharingkan dari pengalaman mentor saya, Bapak Venny wantouw . Dari beliaulah saya belajar banyak tentang Seni Menghadapi Manusia (People Skill).
Ini merupakan pengalaman pribadi.
Ada seorang bapak, sebut saja Bapak A, seorang karyawan di BUMN.
Dia curhat bahwa dia tertipu oleh asuransi, “terus terang ya, bagi saya asuransi itu pembohong, pokoknya saya sudah kapok sama asuransi.”
Sayapun bertanya padanya, pengalaman pahit apa yang dialami oleh Bapak A tersebut.
Lalu, Bapak A bercerita bahwa dia pernah ke sebuah bank dan di sana dia ditawarkan oleh customer service disana sebuah produk asuransi katanya ini sebuah investasi yang bagus, uangnya akan jadi banyak. Jadi dia ditawarkan : asuransi adalah investasi.
Dan seperti kita semua ketahui, yang menjual asuransi itu bukanlah bank tersebut. Bank hanya sebagai tempat pemasarannya saja, ada asuransi yang bekerja sama dengan bank tersebut.
Tahun pertama, Dia setor Rp 100 Juta per tahun.
Tahun depannya dia setor lagi Rp 100 Juta, tahun ke-3 setor Rp 100 Juta.
Tiba-tiba dia iseng dan mau cek saldonya berapa.
Betapa kagetnya dia saat tau saldonya sisa Rp 150 Juta, hilang separoh.
“Gimana saya gak naik darah?”, kata si Bapak A.
Udah ketipu 150 Juta, bukannya untung malah buntung.
Ternyata saat dicari, si marketing sudah dipindah ke cabang lain.
“Buru-buru saya tutup deh polisnya, saya selamatkan deh 150 Juta sisanya”
Itulah cerita teman saya si Bapak A merasa ditipu asuransi.
Setelah semua perasaannya tercurahkan, lega rasanya dia.
Saya berkata, sebelum kita berpisah mungkin saya mau berbagi 1 point mungkin bisa membantu saya dan Bapak ke depannya supaya nanti jangan sampai ditipu oleh asuransi, dan bahkan mungkin kita bisa bantu teman-teman dan saudara kita dengan 1 point ini, sehingga merekapun jangan jadi korban seperti kita.
Bapak A menjadi antusias dan tertarik mendengarkan.
Kalau teman-teman semua gimana? Tertarik mendengarkan juga 1 point yang bakal saya share ini?
Jadi point apa yang dimaksud?
Berikut point saya :
Dalam asuransi itu waktu orang setor uang, maka akan terbagi dua, ada yang namanya Premi dan ada Top Up, kalau kita fokus investasi maka masuknya Top Up sebab top up = 100% investasi.
Kalau masuk ke Premi, itu berarti fokus ke Proteksi sebab untuk investasinya terbagi menjadi :
- tahun pertama cuma 25% investasi dari premi
- tahun kedua 60%
- tahun ketiga 85%
- tahun keempat 92,5%
- tahun kelima 92,5%
- tahun keenam dst full investasi
Bukan itu saja, Premi pun kena biaya, misalnya ambil Asuransi Jiwa, atau Sakit Kritis, atau Rawat inap ada biaya semua.
Sebenarnya nasabah itu punya 2 pilihan.
Kalau kita setor 100jt, kita bisa memilih misalnya 25jt Premi + 75jt Top up (misalnya begini kalo mau fokus ke investasi misalnya dana pendidikan dan dana pensiun)
Atau kalau mau ekstrim bisa juga Premi 5jt + Top Up Single 95jt, inipun boleh.
Atau 2,5jt Premi + 97,5jt Top Up Single, itu di tahun ke 3 sudah ada 300jt + Profit = mungkin setelah 3 tahun sudah ada 350jt kali.
Nah, apakah teman-teman semua sudah tau soal Top Up??
Atau hanya tau soal Premi saja di Asuransi?
Nah inilah kurang lebih, banyak Agen yang tidak menceritakan secara lengkap.
Jadi mulai sekarang teman-teman silakan kasih tahu teman dan saudara bahwa kalau ambil asuransi itu ada 2 pilihan = Premi dan Top Up.
Premi = sebagian uang kita hilang sebab ditukar dengan PROTEKSI BESAR.
Top up = 100% uang kita masuk ke investasi
Premi itu ada kaitannya dengan Proteksi, misalnya kita mau kasih warisan buat anak kita 1 Milyar atau kita mau kalau Sakit Kritis kita dapat uang tunai 1 Milyar atau kita mau punya Asuransi Rawat Inap, berobat gratis, nah itu lah gunanya premi, makin besar manfaat asuransi makin besar juga premi.
Kalau gitu saya mau tanya sama teman-teman semua nih, kalau ada sebuah ide sebagai orang tua kita bisa berikan Warisan 1 Milyar untuk anak-anak kita, kira2 ide bagus gak?
Ide berikutnya adalah seseorang tiba2 kena kanker, dikasih Uang 1 Milyar, walaupun mungkin berobatnya pakai bpjs, tetap dapat Uang Tunai 1M, kira2 ide itu bagus gak menurut kalian?
Bagus kan?
Nah itulah Asuransi.
Singkat cerita, Bapak A mengerti dan dia mulai bertanya kalau UP Meninggal 1 M dan UP Sakit Kritis 1 M itu Preminya berapa?
Ternyata di usia Bpk. A tsb preminya 3jt.
Dan karena mau investasi juga, Bpk. A setuju bayar Premi 3jt + Top Up 3jt = Total 6jt.
Rawat inap tidak ambil sebab sekeluarga sudah dijamin sama kantor.
Namun setelah itu Bapak A kembali menimbang-nimbang dan berkata gimana kalau preminya 3jt saja.
Akhirnya saya coba buat Premi 1,5jt + Top Up 1,5jt = Total 3jt, dengan Manfaat UP Jiwa 500jt + UP Sakit Kritis 500jt.
Bpk. A kaget kok Manfaatnya jadi berkurang?
Saya coba jelaskan bahwa iya sebab preminya berkurang juga, dan bapak mau investasi seperti di bank kemarin kan? Jadinya dibagi dua 1,5jt premi dan 1,5jt top up.
Bpk. A berkata tidak, saya sangat ingin 1M.
Saya bilang jika ingin 1M berarti harus full premi.
Saya coba kasih lihat ilustrasinya dan kasih infokan tabel investasinya, nilai investasinya kurang begitu baik.
Alhasil Pak A ambil full premi saja, sebab beliau sangat ingin Proteksi 1M.
Tahun depan jika ada rejeki akan di Top Up.
Dari cerita tadi kita bisa lihat, Bpk. A di bank merasa tertipu di sana sebab uangnya habis setengah, dari 300jt sisa 150jt dalam 3 tahun. Tapi ternyata di sini dia tetap ambil full premi.
Tapi apa bedanya?
Perbedaannya adalah di bank itu si Bapak A ambil tanpa kesadaran diri, diambil atas keputusan sepihak (tanpa penjelasan detail)
Sedangkan sama saya dia mengerti dan dengan kesadaran penuh ambil asuransinya, sangat ingin dengan Manfaat UP Jiwa 1 M dan Sakit Kritis 1 M.
Apa yang teman-teman pelajari lewat cerita ini?
Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari cerita ini.
Semoga bermanfaat dan jangan lupa bagikan pada teman-teman dan saudara kita supaya jangan sampai banyak orang yang tertipu asuransi.
Info lebih lanjut mengenai program yang cocok dengan kebutuhan Anda, hubungi Cristine Liman, di nomor di bawah ini.